Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bertani, Menggali Rejeki dari Perut Bumi

Pagi ini, agritusi mendapatkan kirimkan link berita dari sahabat Ahmad Fatoni yang sangat inspiratif bagi kita semua menurut agritusi. Apaa sich..? coba mari disimak link video singkat ini dari BBC News Indonesia.



"Sebuah video dan berita yang menggambarkan seorang pemuda yang memiliki masa alalu yang kelam yang luntang-lantung dan tidak memiliki pekerjaan. Sehingga akhirnya bertemu dengan seorang petani kreatif dan pekerja keras, Pak Bagas, di Tangerang, Banten. Dia-pin belajar bertani dan mulai menggarap lahan setelah melalui sentuhan tangan dingin pak Bagas. Akhirnya saat ini Dia mampu berdiri dan mampu mengelola lahannya sendiri."


Itulah sebuah inspirasi dan motivasi dari sebuah kisah pemuda yang terjun di pertanian. Bahwa jika kita memiliki #Kemauan yang kuat dan #KerjaKeras akan memberikan hasil yang #Produktif dan #Berkah buat di sekitar kita karena mampu memberikan manfaat bagi orang lain.

Oleh karena itu... #YukTanami Lahan kita dan #YukHidupkanLahan di sekitar kita.... Mengapa?


#YukTanami Lahan kita


Karena Islam mencintai manusia dapat berkembang di tengah-tengah kesuburan dan menyebar di berbagai pelosok dunia dan menghidupkan tanah-tanah yang tandus atau mungkin bongkor, atau yang lainnya yang ada padanya.

Jangan malu menjadi Petani. Justru bangga menjadi petani. Gelorakan dalam diri #KamiBanggaJadiPetani. Lihatlah... Ali ra, Said bin Malik, Abdullah bin Mas'ud, Umar bin Abdul Aziz, Qasim, Urwah, Keluarga Abu Bakar, keluarga Umar, keluarga Ali, dan Ibnu Sirin...Mereka semua tidak hanya berdakwah tetapi mereka juga bekerja dengan terjun ke dunia pertanian. Jadi tetap semangat dan terus bekerja tuk memenuhi kehidupan di dunia, apalagi seorang laki-laki yang sudah baligh.

Saat ini zaman terus berubah dengan kemajuan teknologi industri 4.0 - 5.0 atau seterusnya, entah apalagi berikutnya. Tetapi yang pasti manusia tetap memerlukan makanan untuk bertahan hidup dan itu sebagian besar dihasilkan dari pertanian. Oleh karena itu, bagaimana cara kita memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada saat ini untuk memudahkan manusia dalam beraktivitas di dunia pertanian agar meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas hasil pertanian.

Jika itu dilakukan (apalagi di-support oleh negara) baik dalam wujud penyediaan lahan (baik administrasi dan teknis pengelolaan), saprodi dan saprotan agar rakyat menjadi lebih berdaya dan dapat dapat eksis dalam kehidupan tentu akan memiliki efek bola salju yang besar dan mampu menghidupkan perekonomian yang riil di tengah-tengah masyarakat.


Lalu apa keuntungan??

Keuntungannya: lahan menjadi produktif karena telah diolah dan menghasilkan. Dari lahan yang produktif tersebut membangkitkan ekonomi umat dengan tumbuhnya ekonomi-ekonomi "kreatif" dan terbukanya lapangan kerja, mulai dari: persiapan lahan, pengolahan lahan, penyiraman, budidaya, pemanenan, hingga pasca panen.

Itu baru dari satu spot lokasi membangkitkan produktivitas lahan. Bagaimana, jika spot-spot lahan-lahan produktif ini terus menular dan terus menjangkiti ke daerah-daerah lainnya. Maka itu semua akan menambah kekayaan dan kemakmuran, sehingga tercapailah kemakmuran dan kekuatan pada setiap daerah yang mengupayakannya.


Caranya??

Lalu bagaimana caranya agar itu tidak hanya berhasil di satu spot lokasi saja? Imam Qurthubi mengatakan "Pertanian termasuk fardhu kifayah". Dari sini maka, seorang Imam/Penguasa harus mengarahkan dan memfasilitasi rakyatnya ke arah itu dan apa saja yang termasuk dalam pengertian tersebut.

Mari berkaca kepada panutan dan suri tauladan kita, Rasulullah saw. Bagaimana beliau memotivasi para sahabat dan seluruh warga negara #Daulah di Madinah:

  1. Beliau mewajibkan bagi dirinya sendiri bekerja agar bisa makan serta para sahabatnya. Beliau ikut belajar bertani, padahal saat itu usianya sudah diatas 53 tahun. Apalagi seperti kebanyakan orang Mekah, bertani adalah suatu pekerjaan baru yang masih asing bagi beliau.
  2. Rasulullah meminta para saudagar kaya dari Muhajirin dan Anshar membeli tanah-tanah kosong untuk dijadikan lahan pertanian. Maka, sejumlah besar kaum Muhajirin pun mendapat lahan pekerjaan. Akibatnya, hasil panen meningkat dan membanjiri pasar-pasar Madinah. Dengan cepat kaum Muhajirin sudah tidak lagi menjadi beban saudara-saudara Anshar mereka. 

Jejak ini pun berlanjut daengan adanya kebijakan-kebijakan untuk menghidupkan lahan agar produktif, yang diikuti oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. Dimana beliau berpidato di atas mimbar: "Siapa yang menyuburkan tanah yang tandus, maka tanah itu menjadi miliknya. Bagi yang mengabaikannya selama lebih dari 3 tahun, ia bukan lagi menjadi haknya. Karena banyak orang yang mengabaikan tanah yang telah dia kuasai tanpa mereka tanami/kerjakan"

Kalo hukum pendapat ijtihad ini dijalankan oleh Penguasa atau negara, maka efeknya akan luar biasa dan tidak ada lagi lahan-lahan yang bongkor/tandus/tidak produktif.

Itulah gambaran bagaimana Sistem #Islam dalam menghidupkan pertanian (baik dalam sistem produksi pertanian dan juga politik pertaniannya) untuk kesejahteraan rakyatnya.

Semoga bermanfaat.. #YukTanamaiLahan dan jangan dibiarkan menganggur dan tidak produktif.



-------------

#YukTanamiLahan #YukProduktifkanLahan #Agritusi Farm.

Salam pertanian, Salam Perubahan Lebih Baik dengan #Islam.

Post a Comment for "Bertani, Menggali Rejeki dari Perut Bumi"