Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Membawa Hujan di Musim Kemarau: Cerita Irigasi Sprinkler Portable di Desa Marga Agung

Di sebuah sudut Lampung Selatan, tepatnya di Desa Marga Agung, mayoritas warganya hidup sebagai petani. Dari sekitar 4000-an penduduk, lebih dari 3000 orang menggantungkan hidup pada lahan-lahan pertanian mereka. Tapi, ada satu tantangan besar yang selalu menghantui setiap musim kemarau tiba: air.

Di desa ini, air hujan adalah segalanya. Sayangnya, saat musim kemarau datang, hujan menghilang entah ke mana. Ladang-ladang mengering, dan banyak petani terpaksa beristirahat, menunggu langit kembali meneteskan berkahnya.  Namun, sebuah inovasi sederhana mulai mengubah cerita itu: irigasi sprinkler portable.

Mencari Solusi di Tengah Kemarau 

Dulu, untuk tetap bertani di musim kering, para petani menggunakan cara tradisional: menyiram tanaman secara manual. Bisa dibayangkan, berapa banyak tenaga dan waktu yang terkuras untuk membawa air dari sumber yang terbatas ke seluruh lahan.

Melihat kesulitan ini, seorang dosen Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (Ahmad Tusi) dan dua orang mahasiswanya, Kiki dan Mukhlis, mencoba menawarkan solusi. Mereka mengusulkan penggunaan teknologi irigasi sprinkler portable — sebuah sistem yang bisa menyebarkan air seperti hujan buatan di ladang, dan bisa dipindah-pindahkan dengan mudah.

Teknologi ini bukan hanya menghemat tenaga, tapi juga lebih efisien dalam penggunaan air. Sistem ini sangat cocok untuk lahan kecil milik petani di Marga Agung, yang rata-rata hanya setengah hektar.









Menguji Sprinkler di Ladang

Tanaman pilihan untuk percobaan ini adalah pakcoy — sejenis sawi hijau yang tumbuh cepat dan disukai banyak orang.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2015. Para peneliti memasang sistem sprinkler portable dan mulai menyemai benih pakcoy. Tidak hanya itu, mereka juga mengukur berbagai hal: dari laju infiltrasi air ke tanah, kadar air tanah, curah hujan yang jatuh di ladang, kecepatan angin saat penyiraman, hingga pertumbuhan tanaman.

Hasilnya? Tercatat dalam logbook mereka laju penyiraman: 6,49 mm per jam; laju serapan tanah: 52 mm per jam; dan keseragaman air: 53% (idealnya 85%).  Hal ini menunjukkan bahwa air langsung meresap ke dalam tanah tanpa menggenang — tidak ada air yang terbuang!

Wawancara Singkat: Suara Petani

Kami sempat berbincang dengan Pak Dardi, seorang petani yang mengikuti uji coba ini.

"Biasanya kalau kemarau, ya istirahat. Tapi dengan sprinkler ini, walaupun airnya pas-pasan, tanaman tetap hidup. Memang butuh biaya pasang alatnya, tapi lebih hemat tenaga."

"Kalau tanam pakai gembor (siraman manual), banyak tapi kecil-kecil. Ini (sprinkler), tanamannya lebih besar, lebih segar."

Pengalaman nyata dari Pak Dardi ini menunjukkan bahwa inovasi sederhana bisa memberikan perubahan besar bagi petani kecil.

Pertumbuhan Pakcoy: Dari Benih ke Panen

Tinggi Tanaman naik dari 5,8 cm (minggu pertama) menjadi 21,3 cm (minggu ketiga).  Jumlah Daun bertambah dari 3 helai menjadi 10 helai per tanaman.  Berat Panen mencapai 70 gram per tanaman.

Meskipun hasil per meter persegi lebih rendah dari cara manual (note: karena pada cara konvensional sebelumnya menggunakan jarak tanam yang rapat dibandingkan dengan uji sprinkler), berat per tanaman jauh lebih tinggi. Ini artinya kualitas tanaman lebih baik, dan peluang pasar lebih terbuka.

Tips Praktis Menggunakan Sprinkler Portable

  1. Gunakan Tekanan Air yang Stabil.  Pastikan tekanan air di kisaran 1 bar agar semprotan merata.
  2. Perhatikan Kecepatan Angin.  Jika angin kencang, penyiraman bisa melenceng. Usahakan menyiram saat pagi atau sore hari.
  3. Cek Rutin Nozzle Sprinkler.  Lubang sprinkler bisa tersumbat. Bersihkan secara berkala.
  4. Atur Jarak Tanam yang Ideal.  Untuk sprinkler, jarak tanam 20x20 cm lebih ideal dibanding 10x10 cm.
  5. Pakai Metode Block Square untuk Area Luas untuk pemasasangan sprinkler-nya. Jadi jangan hanya 1 lateral pada lahan (jadi minimal 2 lateral agar membentuk block quare).  Jika luas lahan bertambah, pertimbangkan mengganti ke metode block square supaya keseragaman penyiraman meningkat.

Membuka Harapan Baru di Ladang Tadah Hujan

Teknologi irigasi sprinkler portable di Desa Marga Agung bukan hanya soal alat bertani. Ini tentang bagaimana kreativitas dan kegigihan bisa mengubah tantangan menjadi peluang.

Dengan sedikit investasi, para petani bisa tetap bercocok tanam saat musim kemarau; menghemat tenaga dan waktu; meningkatkan kualitas hasil panen.

Bayangkan, jika teknologi ini diperluas ke banyak desa lain di Indonesia. Betapa banyak lahan kering yang bisa kembali hijau, betapa banyak keluarga petani yang bisa lebih sejahtera.

Kadang, solusi besar datang dari ide kecil: menyebarkan hujan dari tangan kita sendiri.

Semoga bermanfaat catatan publikasi dari Agritusi. Untuk lebih detil hasil penelitian Ahmad Tusi dan tim bisa dicek pada link jurnal berikut ini: irigasi sprinkler portable.  Jika ada pertanyaan atau ingin diskusi lebih lanjut, jangan ragu langsung hubungi kami. Terima kasih.

Post a Comment for "Membawa Hujan di Musim Kemarau: Cerita Irigasi Sprinkler Portable di Desa Marga Agung"