Solusi Irigasi Lahan Kecil: Desain Sprinkler Portable Hemat Air dan Biaya
Di tengah tantangan lahan pertanian kering dan terpecah-pecah, muncul satu inovasi menarik dari dosen Universitas Lampung (Ahmad Tusi, Ph.D.) dengan penelitian bertajuk sistem irigasi sprinkler portable. Dirancang khusus untuk budidaya tanaman pakchoy, sistem ini menjadi jawaban cerdas atas kebutuhan irigasi di lahan sempit tanpa infrastruktur irigasi tetap.
Tapi, kenapa pakai sprinkler? Dan bagaimana desainnya bisa begitu fleksibel? Yuk, kita ulas lebih dalam!
Latar Belakang: Saat Lahan Kering Butuh Teknologi Pintar
Menurut BPS, sekitar 11,87 juta hektar lahan di Indonesia tergolong lahan kering. Di Provinsi Lampung, mayoritas lahan adalah tegalan atau kebun yang seringkali tidak memiliki saluran irigasi. Biasanya hanya mengandalkan air hujan.
Tantangan inilah yang coba dipecahkan. Daripada menunggu proyek besar irigasi masuk, kenapa tidak memanfaatkan teknologi hemat air seperti sprinkler?
Sprinkler bisa menyemprotkan air layaknya hujan, merata dan hemat air. Sayangnya, sistem ini butuh biaya awal tinggi, apalagi untuk petani kecil. Nah, di sinilah letak inovasi “portable” ini. Bayangkan sistem irigasi yang bisa dibongkar-pasang dan dibawa pindah dengan mudah. Mirip seperti “irigasi keliling”!
Tujuan dan Konsep Dasar
Inovasi ini bertujuan merancang sistem irigasi sprinkler yang:
-
Mudah dipindahkan (portable)
-
Biaya pembuatan dan pengoperasian rendah
-
Cocok untuk lahan kecil (0,1–0,3 ha)
-
Bisa dioperasikan langsung oleh petani
Desainnya mencakup tiga komponen utama:
-
Pompa dan mesin penggerak (bisa diangkut manual)
-
Jaringan pipa fleksibel (PVC dan selang pemadam)
-
Nozzle sprinkler (jenis impact, mirip semprotan taman)
Semua komponen ini bisa dibongkar-pasang, sehingga meminimalisir risiko pencurian dan bisa disesuaikan dengan kondisi lahan.
Spesifikasi Utama Sistem Sprinkler Portable
Beberapa fitur teknis sistem ini:
-
Nozzle head: Jenis Impact Sprinkler Plastic (model Naan 427B GAG)
-
Diameter nozzle: 4 mm
-
Debit semprotan: 0,12 l/s pada 1 bar, bisa naik jadi 0,29 l/s pada 3 bar
-
Diameter pipa lateral: 2” (selang elastis)
-
Pompa: Sentrifugal, 5,5 HP, total head 55 meter
-
Tekanan operasional: 1–4 bar
-
Spasi sprinkler: 10 m x 10 m
Pada tekanan 1 bar, sistem ini sudah mampu mencapai keseragaman irigasi (Coefficient of Uniformity/CU) sebesar 80%. Namun untuk CU >85% direkomendasikan pakai tekanan minimal 2 bar.
Teknologi yang Disesuaikan Petani
Salah satu keunggulan utama dari sistem ini adalah kesederhanaannya. Sprinkler dipasang pada stick riser dari pipa PVC dan bisa dikaitkan ke dudukan dari rangka besi ringan.
Jaringan pipa lateral menggunakan selang pemadam kebakaran, fleksibel dan tahan tekanan. Sementara pipa utama dan sub-main tetap pakai PVC agar kokoh. Semua ini dirancang agar bisa dilepas, dipindahkan, dan dipasang kembali tanpa butuh teknisi khusus. Cukup petani sendiri!
Selain itu, ada juga tambahan alat pengukur tekanan (pressure gauge) dan filter untuk menjaga kebersihan air agar tidak menyumbat nozzle.
Uji Coba di Lapangan: Pakchoy Jadi Saksi
Pengujian dilakukan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan, di atas lahan seluas 500 m². Sistem yang digunakan terdiri dari 5 buah sprinkler dan satu pipa lateral dengan spasi 10 meter.
Air diambil dari embung, lalu disalurkan ke kolam terpal sebagai tampungan sementara. Dengan debit sekitar 0,12 l/s dan tekanan 1 bar, sistem ini menyiram dengan laju 4,5 mm/jam selama 30 menit per siklus. Ideal untuk jenis tanah liat berpasir di lokasi uji.
Dalam satu musim, dilakukan 10 kali penyiraman dengan total durasi 5,48 jam. Hasilnya? Tanaman tumbuh optimal dan efisiensi penggunaan air meningkat.
Manajemen Irigasi: Sistem Shift yang Efisien
Sistem ini bisa digunakan untuk mengairi lahan lebih luas, hingga 1 hektar, dengan metode shift. Artinya, pipa lateral dan sprinkler cukup dipindahkan secara bergantian ke area yang belum disiram.
Contoh: jika hanya punya 10 sprinkler, maka perlu 10 shift untuk mengairi 1 ha. Tapi jika ada 50 sprinkler, cukup 2 shift saja. Ini membantu menyesuaikan kapasitas alat dengan waktu dan tenaga kerja yang tersedia.
Evaluasi Kinerja: Apakah Efisien?
Beberapa poin penting dari pengujian:
-
Debit sprinkler meningkat seiring naiknya tekanan
-
Diameter semprotan meningkat dari 18 m (1 bar) ke 26 m (3 bar)
-
Nilai CU meningkat hingga >90% pada tekanan 4 bar
-
Efisiensi irigasi lebih baik saat digunakan dalam metode block square (beberapa sprinkler bekerja bersamaan)
Kesimpulannya, sistem ini sangat layak digunakan untuk petani skala kecil hingga menengah. Apalagi dengan fleksibilitas pengoperasiannya, bisa disesuaikan dengan kondisi air dan kebutuhan lahan.
Penutup: Inovasi Irigasi yang Membumi
Rancangan sprinkler portable ini adalah contoh bagaimana teknologi bisa disesuaikan dengan kondisi nyata petani. Tak perlu sistem rumit, mahal, atau permanen. Cukup alat yang bisa dibongkar pasang, bekerja optimal, dan mudah dioperasikan.
Buat kamu yang bertani di lahan kecil, atau sedang berpikir bagaimana menyiram sayur-mayur tanpa boros air dan waktu, sistem ini bisa jadi solusi cerdas.
Mau coba? Bisa mulai dari versi sederhana dulu. Karena di dunia pertanian, terkadang inovasi besar dimulai dari solusi kecil yang bisa dipindah-pindah. Tertarik, silahkan hubungi penulis pada website ini atau mo baca paper lebih lanjut, bisa klik judul ini: Rancangan Sprinkler Portable
Post a Comment for "Solusi Irigasi Lahan Kecil: Desain Sprinkler Portable Hemat Air dan Biaya"